Menurutnya ada kelurahan di Ibu Kota yang belum memiliki Puskesmas. "Memang tidak ada salahnya mengubah nama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) menjadi Rumah Sehat Untuk Jakarta dengan segala alasannya. Namun, ada urgensi yang lebih besar di bidang kesehatan salah satunya keberadaan puskesmas di DKI Jakarta," ujarnya dalam keterangan tertulis. Adayg tau rumah sakit atau dokter yg pro VBAC daerah tangerang dimana ? Terus kalo misal nya SC lg buat kedua kali, apa bener katanya lebih sakit dan lebih lama sembuh ? Mohon info nya y bunda2 Sebaiknyadikerjakan di Rumah Sakit yang bisa melakukan Tindakan segera dengan tim yang siap menangani bila keadaan darurat; Sahabat Hermina, Baik VBAC maupun operasi berencaba tidak ada yang bebas risiko. Setiap persalinan itu unik. Jangan bandingkan kondisi yang satu dengan lainnta. Jika bersadarkan penilaian dan resiko ternyata Ibu tidak cash. Kamis, 26 Oktober 2017. am "Sudah lahir?" tanyaku begitu 'isi perut' seperti tumpah keluar. Terasa cepat sekali dibanding datangnya gelombang cinta yang bertubi-tubi sebelumnya. "Iya Bu, sudah. Selamat ya!" jawab bidan dan perawat yang mendampingi persalinan. Ah, MasyaAllah, ada rasa haru dan bahagia tak terhingga begitu bayi itu diangsurkan padaku untuk IMD Inisiasi Menyusu Dini. Dokter segera melakukan 'finishing' yang kusambut dengan cengiran dan ringisan. Sekian menit saya tergugu, betapa Allah sangat pemurah. Teringat beberapa bulan lalu, seorang sahabat memberi nasihat, 'JANGAN LUPAKAN QIYAMULLAIL' saat saya bertanya perihal pengalamannya berhasil melalui persalinan VBAC. Nyatanya tidak tiap malam saya bisa bangun untuk merayuNya, dan tilawah Alquran pun tidak sesuai dengan target diri sendiri. Hiks 😢😢 Makin tergugu saat dokter bergegas mengambil air wudlu setelah selesai menangani persalinan. Sejurus kemudian terdengar beliau melakukan shalat tahajud di pojok ruangan bersalin sementara perawat membantuku bebersih badan. Malu.... sekali rasanya. Betapa Allah selalu mengabulkan doa, tapi justru saya yang tidak sepenuhnya memanfaatkan moment-moment mustajab untuk memohon doa. Alhamdulillahirabbil 'alamin.. Masih amaze dengan kuasaNya yang mengizinkan saya bisa melalui persalinan pervaginam dengan riwayat SC sebelumnya. Terimakasih atas do'a dan support dari sahabat semua 😘😘 Ending yang membahagiakan itu bukan dilalui dengan tanpa beban dan hambatan. Seperti pepatah berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian, bersakit dahulu bersenang-senang kemudian. Dan saya pun selalu yakin dengan janji Allah bahwa bersama kesulitan ada kemudahan. 25 Februari 2017 Hari itu tepat anak pertama saya berusia 3 tahun. Tak ada yang istimewa, saya justru meninggalkannya seharian di rumah bersama mbah dan dua Buliknya yang sedang berkunjung. Saya mengikuti acara blogger dan berlanjut kajian rutin hingga menjelang maghrib. Hari itu saya juga merasa tak enak badan, perut begah, kepala pusing dan sesekali mual. "Hamil mungkin, sudah berapa hari telat?" pertanyaan ini meluncur dari seorang teman, yang kutangkis dengan fakta biasanya datang bulan selalu maju dari tanggal alias siklus panjang. Tapi berhubung beberapa hari setelahnya Si Tamu tak jua datang, saya mulai curiga. Jangan-jangan beneran hamil? Apalagi sempat muntah-muntah dan jadi kurang berselera makan. Bakmi Jawa favorit menjadi tak nikmat di lidah dan tak kuasa menghabiskan seporsinya. Dan, tespack setelah terlambat sepekan menunjukkan 2 garis merah. Ya Rabb.. Saya hamil lagi?! Sebenarnya saya ingin hamil setelah Hasna berusia 2 tahun dan sudah lulus ASI&Toilet Training. Namun rupanya Allah lebih Mengetahui waktu yang paling tepat sehingga Dia memberikan amanah lagi setelah si Kakak berusia 3 tahun. Bismillah, berbekal jarak kehamilan yang kurang lebih 3,5 tahun sampai nanti melahirkan saya pun berniat untuk melahirkan normal pervaginam. InsyaAllah bisa! Itu keyakinan saya, karena banyak teman dan kasus ibu yang melahirkan sectio tetap bisa melahirkan pervaginam dengan syarat dan ketentuan berlaku, tentu saja. Suami yang awalnya gundah akhirnya ikut mendukung setelah saya berikan kisah-kisah mereka yang berhasil melalui persalinan VBAC Vaginal Birth After Caesarea. Segera saya periksa ke bidan terdekat, tempat saya periksa kehamilan si Kakak Hasna dulu. "Saya ingin bisa lahiran normal, Bu," ujar saya saat konaultasi dengan bidan tersebut. "Ya, bismillah insyaAllah bisa. Sekarang dijalani dulu saja, tak perlu banyak dipikir. Nanti mulai trimester ke tiga baru bisa dilihat kira-kira memungkinkan untuk lahir normal atau tidak," jawab beliau. Bulan-bulan berikutnya sembari mencari dokter kandungan yang pro VBAC, saya periksa ke bidan yang sama atau ke rumah bersalin RB yang menyediakan layanan USG ultrasonografi. Sayang di RB tersebut dokternya tidak menyarankan untuk melahirkan normal. "Kalau dulu SC harus SC lagi, Bu" kata beliau. Saya hanya menanggapi dengan tersenyum. Di zaman serba canggih dan arus informasi yang cepat, ada ibu berhasil VBAC dengan jarak kurang dari 2 tahun akan diketahui oleh seantero jagad raya Bu! Batin saya waktu itu. Memang semuanya tergantung kondisi, tapi dengan jarak 3 tahun lebih harusnya sudah sangat aman kecuali ada faktor risiko lainnya. Setelah beberapa kali periksa ke RB yang sama namun tanggapan dan layanan petugasnya makin kurang menyenangkan, saya pun makin getol mencari informasi DSOG dan rumah sakit yang cocok. Ingin kembali ke rumah sakit tempat Hasna dilahirkan, namun ragu dengan dokternya apakah pro VBAC atau tidak. Sedangkan ada dokter lain yang pro VBAC namun praktik di RS yang lain. Saya mencoba konsultasi ke dokter yang dulu menangani Hasna, namun ketika saya menyampaikan keinginan untuk ikhtiar melahirkan pervaginam beliau tidak mendukung. Sejak awal beliau mengatakan kejadian seperti saya saat melahirkan Hasna bisa berulang Ketuban Pecah Dini/KPD dan partus lambat sampai air ketuban habis. Mendengar itu, saya langsung mencoret nama beliau dari daftar dokter untuk persalinan nanti. Akhirnya terpaksa mencoret rumah sakit tempat beliau praktik juga. Hiks. Padahal dibanding RS swasta yang lain, RS ini paling nyaman untuk melahirkan karena RS kecil sehingga tidak terlalu sibuk dan ramai. Lagi-lagi saya mencari pertimbangan rumah sakit dan dokter yang ramah untuk konsultasi sekaligus pro-VBAC. Butuh waktu lama bagi saya untuk memutuskan, karena masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Dokter A orangnya sangat santai tetapi pekerjaannya terkesan terburu-buru dan kurang rapi. Dokter B sangat ramah dan baik tapi antriannya panjang dan butuh perjuangan untuk bertemu beliau. Dokter C sering terkesan jutek tapi beliau sangat profesional dalam kerja. Dokter D hanya praktik di RS yang tidak termasuk dalam list saya. Dokter E terlalu jauh dari rumah. Duh, kepala saya pusing memikirkannya. Setelah memikirkan banyak hal dan mengumpulkan testimoni dari teman-teman, akhirnya saya dan suami sepakat untuk konsultasi dengan dr. P di RS. Roemani. Akhir Agustus 2017 31 Week Pregnancy Bismillah, Jumat di akhir Agustus itu diawali dengan keriweuhan suami yang rela berangkat pagi-pagi ba'da shalat subuh. Demi apa? Demi ikhtiar mendapatkan kuota konsultasi dengan dr. P. Waktu itu Roemani belum bisa melayani registrasi online, sehingga nomor antrean harus diambil pagi-pagi supaya tidak kehabisan. Kebetulan dr. P selalu membatasi pasien di setiap praktik, dan untuk hari Jumat maksimal 25 pasien. Padahal Jumat adalah jadwal praktik beliau yang paling lama selama sepekan. Alhamdulillah, suami mengabari saya dapat kuota sehingga harus bersiap agar nantinya tidak terlambat. Setelah antre cukup lama di depan poli kandungan, akhirnya giliran saya dipanggil. Senang sekali bisa bertemu dan bertanya banyak dengan dokter fenomenal kesayangan para bumil di Semarang itu. Beliau sangat ramah dan langsung menanggapi dengan santai saat saya mengatakan ingin ikhtiar melahirkan normal. "Bismillah, insyaAllah bisa. Tapi harus ikhtiar ya Bu, nggak cukup do’a aja. Nanti ikut senam hamil, tiap hari harus jalan kaki, jaga asupan makanan supaya BBJ Berat Badan Janin nggak kebesaran, harus banyak minum air putih supaya nggak KPD Ketuban Pecah Dini lagi, jangan minum teh sama sekali supaya HB mencukupi," "Baik Bu, insyaAllah. Supaya HB tinggi bagaimana, Dok?" "Banyak makan daging merah, oia kurangi konsumsi karbo dan gula ya. Kalau bisa nggak usah makan nasi sama sekali nggak apa-apa. Kalau belum bisa ya sedikit saja boleh," "Baik, Dok," Dan pemeriksaan selanjutnya seperti biasa, alhamdulillah tidak ada masalah. Hari itu juga saya langsung didaftarkan untuk mengikuti senam hamil di RS. Roemani yang diampu oleh bidan Naning, bidan yang mengasisteni dr. P waktu itu. Jika sebelum bertemu dr. P saya malas minum vitamin dari bidan, maka setelah itu saya berniat untuk rajin minum vitamin. Apalagi resep dari beliau terbilang mahal. Hehehe. Bismillah, saya mulai menerapkan apa kata dokter. Jalan pagi ditemani suami dan anak, ikut senam hamil tunggu ceritanya di tulisan selanjutnya ya, Bunda!. Juga mengurangi asupan karbohidrat dan gula. Etapi saya masih ngopi hitam dengan sedikiiit tambahan gula. Sesekali minum tanpa gula, tapi lebih sering dengan sedikit gula. Kalau lapar bagaimana? Hm.. Saat lapar namanya juga ibu hamil trimester 3 pasti sering kelaparan saya nyemil buah atau minum air putih banyak-banyak. Awalnya cukup tersiksa sih, tapi lama kelamaan jadi terbiasa. September 2017 35 weeks pregnancy Alhamdulillah, setelah terlambat hampir dua pekan dari jadwal periksa, akhirnya bisa ketemu dokter lagi. "BBJ sudah 2,75. Sudah besar nih, kemarin gimana?" "Wah, ko sudah besar ya Dok? Saya sudah mengurangi karbo dan gula... " jawabku sedikit putus asa. "Banyak makan buah ya? Buah manis juga gulanya banyak itu.. " "Oh, jadi gula yang dari buah juga kurang baik?" "Iya, sama aja itu. Apalagi jika makannya banyak." "Duh, saya salah dong, Dok. Pikirnya ga makan karbo sama gula tapi buah nggak apa-apa." "Mulai sekarang hindari karbo sama gula, termasuk buah yang manis. Nasi nggak usah sama sekali. Makan protein tinggi aja tiap hari." "Kalau banyak protein tinggi, BBJ bisa naik tapi bayinya kecil, nggak 'ngembang'," lanjut bidan yang menemani dr. P. Oh, baiklah! Meski 2-3 hari pertama rasanya stress dan tersiksa dengan diet dari dokter ini, alhamdulillah bisa menjalaninya dengan mudah setelah sekian hari. Sesekali lah masih cheating nyemil singkong, pisang rebus, atau sukun kukus yang dimasak ibu. Bayangkan tersiksanya orang yang seumur-umur tidak pernah diet, tiba-tiba dalam kondisi hamil tua harus diet karbo dan gula. Padahal makanan kegemarannya adalah termasuk yang manis-manis, cokelat, eskrim, roti, hwaaa...! *crying Seringkali pagi-pagi merengek ke suami minta bubur ayam, atau apa yang ditemui saat jalan pagi. Sayangnya, keinginan hanya tinggal keinginan. Sesekali ingin makan roti cukup minta segigit dari roti si Kecil atau menggigit pinggiran roti suami. Kadang saat stress tak tertahankan akhirnya jadi banyak nyemil juga, dan setelahnya baru merasa bersalah. Hiks. 4 menit membaca Ibu yang melahirkan dengan operasi caesar sering kali dianggap mau enaknya saja. Padahal, rasa sakit di akhir dan pemulihannya justru lebih lama. Tak heran metode bersalin ini membuat sebagian wanita merasa trauma. Lantas, bisakah melahirkan normal setelah caesar? Selama ini, ibu yang pernah melahirkan caesar dianjurkan untuk bersalin dengan metode sama di kehamilan berikutnya. Itupun harus diberi jarak, paling tidak 2 tahun setelah kelahiran anak pertama. Namun, melansir dari laman Healthline, American Congress of Obstetricians and Gynecologists ACOG, sangat mungkin seorang wanita melahirkan normal setelah caesar. VBAC Vaginal Birth After Caesarean adalah istilah yang merujuk pada proses melahirkan normal setelah persalinan sebelumnya dengan operasi caesar. Para ahli kesehatan berpendapat bahwa VBAC adalah prosedur melahirkan yang aman untuk dilakukan. Bahkan menurut data yang dipaparkan Web MD, sudah ada 75 persen wanita berhasil melakukan VBAC. Untuk bisa sukses melahirkan dengan prosedur VBAC, ada beberapa ketentuan yang perlu dipenuhi para ibu. Sebab, bekas sayatan operasi caesar ini rentan terbuka dan menimbulkan robekan pada rahim, jika kamu punya riwayat kesehatan tertentu di persalinan sebelumnya. Alasan Perlu VBAC Melahirkan caesar bukan perkara mudah. Walaupun dalam prosesnya tidak meimbulkan rasa sakit seperti bersalin normal, tetapi pasien harus dihadapi oleh horornya meja operasi, peralatan bedah, suntikan epidural, hingga selang kateter. Dengan kata lain, hal-hal tersebut membuat beberapa ibu trauma cukup mendalam. Wajar jika pada kehamilan selanjutnya, para ibu caesar berpikir untuk melakukan VBAC bila memungkinkan. Selain dengan alasan trauma, VBAC juga memberi keuntungan secara fisik yang tidak dirasakan ketika melahirkan lewat operasi seperti dulu. Berikut di antaranya Waktu pemulihan lebih singkat. Moms tidak akan tinggal lebih lama di rumah sakit setelah VBAC. Menghindari operasi akan membantu memulihkan energi dan stamina lebih cepat, serta mengurangi biaya melahirkan melalui caesar. Dampak pada kehamilan berikutnya. Jika moms berencana memiliki keluarga besar, VBAC dapat membantu menghindari risiko beberapa kali operasi caesar. Menghindari risiko infeksi akibat operasi. Luka akibat sayatan pisau bedah apabila tidak dirawat dengan baik, akan menimbulkan risiko infeksi di kemudian hari. Karena itu, melahirkan normal adalah salah satu pilihan yang memiliki risiko infeksi minimal. Baca juga Jelang Melahirkan, Siapkan Dana Untuk 7 Hal Ini Syarat Agar Bisa Melakukan VBAC Berencana melahirkan dengan prosedur VBAC? Satu hal yang perlu diketahui, rumah sakit atau klinik bersalin umumnya tidak menganjurkan kamu untuk menjalani VBAC jika sudah pernah melahirkan caesar lebih dari 2 kali. Di samping itu yang tak kalah pentingnya, kamu juga perlu memperhatikan beberapa ketentuan berikut ini sebelum melakukan prosedur VBAC Jarak persalinan normal dengan persalinan caesar idealnya 18-24 bulan. Ada pula yang mengatakan setelah 18 atau 24 bulan, baru hamil lagi agar lebih aman. Punya sayatan caesar berbentuk transversal rendah horizontal. Sebab jika sayatan vertikal di rahim atas sayatan klasik atau berbentuk T’, memiliki risiko lebih besar terjadinya pecah rahim. Belum pernah menjalani operasi besar apapun di rahim, misalnya seperti miomektomi untuk mengangkat fibroid miom. Memiliki panggul cukup besar untuk memungkinkan bayi melewatinya dengan aman. Meski tidak ada cara pasti untuk mengetahuinya, dokter yang akan memeriksa panggulmu dan memastikannya. Tidak diperbolehkan bagi yang pernah mengalami pecah rahim atau masalah kebidanan seperti plasenta previa atau miom besar, yang akan membuat persalinan normal lebih berisiko. Sebaiknya bobot tubuh bayi tidak melebihi 4 kg, posisi normal atau tidak sungsang, ari-ari tidak menutupi jalan lahir placenta previa. Tips Sukses Melahirkan VBAC Melahirkan secara VBAC butuh pengawasan dari dokter sejak masa kehamilan. Jika kamu memenuhi kriteria untuk melahirkan normal setelah caesar, bulatkan tekad sembari melakukan beberapa tips sukses VBAC berikut ini Pilih RS dan dokter pro VBAC Langkah pertama agar sukses melahirkan normal setelah caesar, pilih rumah sakit dan dokter yang memang pro VBAC. Dengan begitu, kamu bisa dimotivasi secara fisik maupun mental hingga berhasil melalui proses persalinan tersebut. Rajin berolahraga Melahirkan normal, terlebih VBAC membutuhkan banyak usaha untuk mengoptimalkan tubuh ibu dan bayi agar siap menghadapi proses demi prosesnya. Semisal kepala bayi yang harus sudah menghadap rahim pada akhir trimester. Kunci satu-satunya, rajin berolahraga seperti yoga prenatal. Olahraga dengan gym ball juga dapat melenturkan bagian pinggang, pinggul serta miss V, lho. Sehingga ibu tak perlu berlama-lama merasakan kontraksi, karena pembukaan sampai lengkap akan lebih cepat. Hindari induksi persalinan Pada hari H, sebisa mungkin hindari induksi persalinan. Sebab induksi dapat meningkatkan risiko pecahnya bekas luka dan meningkatkan kemungkinan bahwa proses persalinan akan berakhir dengan SC kembali. Dalam banyak kasus VBAC, menunggu proses persalinan berjalan sealami mungkin merupakan pilihan paling aman. Baca juga Film Dua Garis Biru Booming, Ternyata Ini Risiko Hamil Terlalu Dini Percaya diri Buang rasa takut dan khawatir jauh-jauh. Percayakan dokter yang kamu pilih untuk memantau kehamilan sampai proses VBAC dilakukan. Bila tidak ada indikasi serius pada kehamilan, kenapa harus ragu melahirkan normal setelah caesar? Sukses atau tidaknya VBAC, tergantung pada kesiapan fisik dan mental masing-masing ibu. Maka selama masih ada waktu, perkaya referensi tentang cara persalinan ini. Bila akhirnya berhasil VBAC, kemungkinan untuk melahirkan normal lagi amatlah besar. Jadi untuk para ibu yang tengah berjuang untuk bisa menjalani VBAC, semangat dan pasti bisa! Lebih seperti ini Tentang kami Sindhi Aderianti Penulis yang kadang jadi pedagang

rumah sakit yang pro vbac